PELATIHAN SDM
A. Pengantar
Semua organisasi tentunya
mengaharapkan Sumber Daya Manusia yang dimiliki meberikan hasil yang sangat
memuaskan, produktivitas SDM menjadi tuntutan yang harus dijawab oleh
organisasi. Hal tersebut tentunya memaksa organisasi melakukan manufer yang
dianggap dapat menjadi formulasi dalam menjawab tatangan organisasi. Pelatihan
dianggap mampu menjadi solusi dalam meningkatkan produktivitas pekerja sebagai
sumber daya manusia. Sebenarnya, banyak organisasi lain yakin bahwa investasi
pada pelatihan dapat membantu mereka dalam mencapai keunggulan bersaing. Hal
ini disebabkan karena pelatihan dapat:
1. Meningkatkan pengetahuan para pekerja
2. Membantu memastikan bahwa pekerja memiliki keterampilan yang
dapat bermanfaat dalam pekerjaannya
3. Membantu para pekerja dalam memahami pekerjaannya, baik secara
kolektif maupun individual secara efektif
4. Memastikan bahwa budaya organisasi yang menekankan pada inovasi,
kreativitas, dan pembelajaran
5. Menjain keamanan pekerjaan dengan menyediakan cara-cara yang
baru bagi pekerja untuk memberikan kontribusi pada organisasi ketika terjadi
perubahan dalam organisasi
6. Mempersiapakan para pegawai untuk menerima dan bekerja secara
lebih efektif satu sama lain
B. Pengertian Pelatihan SDM
Terdapat banyak pengertian
mengenai pelatihan SDM. Chan (2010) menyatakan bahwa pelatihan merupakan
pembelajaran yang disediakan dalam rangka meningkatkan kinerja terkait dengan
pekerjaan saat ini. Terdapat 2 implikasi dalam pengertian tersebut. Pertama,
kinerja saat ini perlu di tingkatkan – ada kesenjangan antara pengetahuan dan
kemampuan pada saat ini. Kedua, pembelajaran bukan untuk memenuhi kebutuhan masa
depan, namun untuk dimanfaatkan segera.
Caple (2009), menyatakan bahwa
pelatihan merupakan upaya yang sistematis dan terencana untuk mengubah atau
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap memalui pengalaman belajar dalam
rangka meningkatkan efektivitas kinerja kegiatan atau berbagai kegiatan.
Tyson (2006), menyatakan bahwa
pelatihan bertujuan untuk mencapai tujuan jangka pendek organisasi sedangkan
pendidikan diarahkan pada pembangunan pegawai jangka panjang.
Biech (2005), mentakan bahwa pelatihan
adalah tentang perubahan, tentang transformasi, tentang pembelajaran. Pelatihan adalah proses yang dirancang untuk
membantu pekerja mempelajari keterampilan, pengetahuan, atau sikap baru.
Barbazette (2005), menyatakan bahwa
pada umumnya,fungsi pelatihan organisasi adalah untuk mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan serta membentuk sikap yang akan memenuhi kebutuhan bisnis
organisasi.
Rivai dan Sagala (2009),
pelatihan adalah proses yang sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk
mencapai tujuan organisasi yang berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai
untuk melaksanakn pekerjaan saat ini.
Simamora (2001), Pelatiahan
adalah serangkaina aktivitas yang di rancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian,
pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seseorang.
Sonny Sumarsonon (2009),
Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu factor yang penting dalam
pengembangan SDM.
Departemen Pendidikan Nasional
(2009),Pelatihan adalah proses pembelajaran yang memungkinkan pegawai
melaksanakan pekerjaan yang sekarang sesuai dengan standar.
Irham Fahmi (2014), pelatihan
adalah sebuah upaya sistematis dan terencana untuk mengubah atau mengembangkan
pengeahuan, keterampilan, sikap baru yang sesuai dengan kebutuhan dengan
organisasi.
Dari beberapa pengertian
pelatihan menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan sebuah
proses pengembangan individual pekerja dalam potensi yang dimilikinya baik
berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, serta potensi yang lain berkenan
dengan kepribadian pekerja.
Pelatihan dan pendidikan memiliki
perbedaan. Berikut digambarkan perbedaan antara pendidikan dan pelatihan
sebagai berikut:
No
|
Aspek yang diabdingkan
|
Pendidikan
|
Pelatihan
|
1
|
Pengembangan kemampuan
|
Menyeluruh
|
Khusus hal-hal tertentu
|
2
|
Area dan penekanan kemampuan
|
Kognitif dan Afektif
|
Psikomotorik
|
3
|
Jangka waktu pelaksanaan
|
Panjang (diatas 1 tahun)
|
Pendek (dibawah 1 tahun)
|
4
|
Materi yang disampaiakan
|
Lebih umum
|
Lebih khusus
|
5
|
Penekanan penggunaan metode belajar mengajar
|
Konvensional dalam bentuk klasikal
|
Inkonvensional melibatkan “edu game”
|
6
|
Penghargaan akhir proses
|
Gelar (ijazah)
|
Serifikat
|
C. Jenis Pelatihan SDM
Pelatihan dapat dirancang untuk
memenuhi sejumlah tujuan berbeda dan dapat diklasifikasikan kedalam berbagai
cara. Beberapa jenis pelatihan menurut Mathis dan Jackson (2001) disajikan
sebagai berikut:
No
|
Alasan
|
Penjelasan
|
1
|
Pelatihan Rutin
|
Pelatiha yang dibutuhkan dan rutin dilakukan
untuk memenuhi berbagai syarat hokum yang diharuskan dan berlaku sebagai
pelatihan untuk semua pegawai (orientasi pegawai baru baru)
|
2
|
Pelatihan Teknis
|
Pelatihan pekerja/teknis memungkinkan pegawai
untuk melakukan pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab mereka dengan baik,
misalnya: pengetahuan tentang produk, proses dan prosedur teknis, dan
hubungan pelanggan
|
3
|
Pelatihan Antar Pribadi dan Pemecahaan Masalah
|
Dimaksudkan untuk mengatasi masalah operasional
dan antar pribadi serta meningkatkan hubungan dalam pekerjaan organisasiona,
misalnya: komunikasi antar pribadi, keterampilan manajerial atau kepengawasan,
pemecahan konflik
|
4
|
Pelatihan Perkembangan dan Inovatif
|
Menyediakan focus jangka panjan untk meningkatkan
kapabilitas individual dan organisasional untuk masa depan, misalnya
praktik-praktik bisnis, perkembangan eksekutif, dan perusahaan organisasi.
|
Pelatihan dilaksanakan dengan
pedoman kepada sejumlah prinsip yang berkaitan. Mc Gehee (Mangkunegara, 2006)
menyatakan bahwa prinsip-prinsip pelatihan sebagai berikut:
1. Materi yang diberikan secara sistematis dan berdasarkan kepada
tahapan-tahapan
2. Tahapan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dicapai
3. Pelatih, pengajar, atau pemateri harus mampu memotivasi dan
menyebarkan respon yang berhubungan dengan serangkaian materi pelajaran
4. Adanya penguat (reinforcement) guna membangkitkan respon yang
positif
5. Menggunakan konsep pembentukan (shaping) perilaku
Disamping prinsip tersebut,
sejumlah prinsip pelatihan yang perlu menjadi rujukan dalam program pelatihan
yang dilakukan oleh organisasi adalah:
1. Perbedaan individual,
2. Keterkaitan dengan analisis jabatan,
3. Motivasi,
4. Partisipasi aktif,
5. Seleksi peserta pelatihan,
6. Pemilihan pelatih,
7. Pelatihan untuk pelatih,
8. Metode pelaihan,
9. Prinsip pembelajaran,
10. Level jabatan,
D. Tujuan dan Manafaat
Pelatihan SDM
Program pelatihan yang dilaksanakan oleh organisasi memiliki sejumlah
tujuan dan manfaat. Sikula (2001) menyatakan bahwa tujuan pelatihan adalah:
1.
Produktivitas, dengan pelatihan akan meningkatkan kemampuan, pengetahuan,
keterampilan, serta perubahan tingkah laku.
2.
Kualitas, dengan pelatihan dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam
proses bekerja.
3.
Perencanaan Tenaga Kerja, dengan pelatihan maka akan membantu pekerja
mengisi kekosongan jabatan dalam sebuah organisasi jadi perencanaan SDM dapat
dilakukan dengan sebaik-baiknya.
4.
Moral, dengan pelatihan diharapkan dapat meningkatkan prestasi kerja
sehingga meningkatkan upah kerja, sehingga meningkatkan moral pekerja dalam
tanggung jawabnya.
5.
Kompensasi Tidak Langsung, pelatihan yang diberikan kepada pekerja dapat
juga sebagai balas jasa atas prestasi yang diraih untuk mengembangkan diri
serta karirnya.
6.
Keselamatan dan Kesehatan, dengan pelatihan diharapkan dapat
meminimalisir tingkat kecelakaan kerja sehingga tercipta kenyamanan dalam
bekerja sehingga meningkatkan stabilitas pada sikap mental pekerja.
7.
Pencegahan Kadaluarsa, dengan pelatihan diharapkan mendorong inisiatif
dan kreatifitas pekerja sehingga dapat mencegah pekerja dari sifat kadaluarsa.
8.
Pengembangan Pribadi, dengan pelatihan diharapkan pekerja tidak hanya
mendapatkan pengembangan dari segi pengetahuan serta keterampilannya, akan
tetapi meningkatkan pengembangan dirinya.
Pelatihan memiliki alsan penting dalam pelaksanaannya. Hariandja (2007)
menggambarkan alasan untuk melakukan pelatihan sebagai beriku:
1.
Hadinya pekerja baru,
2.
Perubahan lingkungan kerja dan tenaga kerja,
3.
Keinginan meningkatkan daya saing dan memperbaiki produktivitas
organisasi,
4.
Penyesuaian dengan peraturan yang ada.
Disampingpelatihan memiliki tujuan, pelatihan juga memiliki manfaat.
Werther dan Davis (2008) menyatakan bahwa manfaat dari pelatihan mampu
meningkatkan jenjang karir pegawai dan membantu pengembangan untuk
menyelesaikan tanggung jawabnya dimasa yang akan datang. Simamora (2004)
menyatakan bahwa manfaat dari program pelatihan adalah:
1.
Sebagai media peningkatan kualitas dan kuantitas produktivitas,
2.
Mengurangi waktu belajar yang diperlukan pekerja untuk mencapai
standar-standar kinerja yang dapat diterima,
3.
Menciptakan sikap, loyalitas, serta kerjasama yang lebih menguntungkan
baik antara organisasi maupun pekerja,
4.
Sebagai pemenuhan persyaratan perencanaan SDM,
5.
Mengurangi jumlah biaya akibat kecelakaan kerja yang dapat terjadi,
6.
Sebagai media pengembangan diri serta peningkatan pribadi pekerja didalam
organisasi.
E. Evaluasi Program
Pelatihan SDM
Dalam tahapan evaluasi pelatihan, mencoba membandingkan antara tujuan
pelatihan dan hasil setelah pelatihan. Tujuan dari evaluasi pelatihan yaitu
mengukur tingkat keberhasilan atau tingkat efektifnya sebuah pelatihan yang
dirancang dan dilaksanakan. Tolak ukur keberhasilan pelatihan adalah ketika
tujuan dari pelatihan dapat dicapai secara menyeluruh. Secara umum evaluasi
pelatihan dapat dilihat dari segi:
1.
Reaksi
2.
Pembelajaran
3.
Perilaku
4.
Hasil
referensi:
·
Manajemen Sumber Daya
Manusia, Prof. Dr. Lijan Poltak S, Bumi Aksara 2016
·
Perencanaan &
Pengembangan SDM, Donni Juni Priansa, Alfabeta, 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar